Assalamu'alaikum sobat...
Di sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun sekolah menengah atas tentu kita pernah diajarkan tentang peta bagian lidah yang merasakan rasa tertentu, antara lain ujung lidah untuk rasa manis, pangkal lidah untuk rasa pahit, asin pada sisi lidah bagian depan, dan asam pada sisi lidah bagian belakang. Namun pada kenyataannya sehari-hari kita makan berbagai makanan, kita bisa merasakan seluruh rasa di seluruh bagian lidah kita. Lalu ada apa dengan teori ini?
Let's do experiment
Untuk membuktikan kebenaran teori ini kita harus melakukan suatu eksperimen. Berikut ini eksperimen yang saya lakukan
Bahan : Garam, coklat
Alat : Lidah (tentunya)
Proses :
Taruh garam di ujung lidah
Taruh garam di pangkal lidah
Taruh garam di sisi lidah
Hasil :
Di ujung lidah garam masih terasa asin (ya iyalah)
Di pangkal lidah garam juga terasa asin -_-
Dan terakahir di sisi lidah garam juga tetap terasa asin, dan saya pikir intensitas rasa asin antara ujung lidah, pangkal lidah, dan sisi lidah sama, tidak ada bedanya
Loh, loh kok beda dengan teori yang diajarkan pada kita???
Dengan menggunakan prinsip praduga tidak bersalah (halah) sayapun mengulangi eksperimen, saya gunakan coklat yang kebetulan ada disamping laptop saya. Saya taruh diujung lidah... Terasa manis, saya taruh di pangkal lidah... Tetap terasa manis, kan harusnya pahit (mana ada coklat pahit). Dan terakhir saya taruh di sisi lidah... Tetap saja manis, dan tidak terasa asin sedikitpun (apalagi ini, mana ada coklat rasanya asin -_-)
Dan akhirnya sampailah saya pada beberapa hipotesis
1. Teori yang diajarkan kepada kita waktu di bangku sekolah salah
2. Ada masalah pada lidah saya
3. Otak saya bermasalah
4. Ada yang salah dengan cara eksperimen saya
Mari kita eliminasi satu persatu dari hipotesis ini.
Hipotesis ke 4
saya pikir tidak ada yang salah dengan eksperimen ini. Tidak ada variabel-variabel pengganggu. Saya tidak sakit maupun demam, sehingga saya yakin percobaan dengan eksperimen ini 99% akurat. Dan jika sobat berpikir percobaan saya terlalu sederhana, sobat bisa lihat metode eksperimen lain
di link ini
Hipotesis ke 3 dan 2
What??? Lidah saya bemasalah... Tapi mungkin juga sih,
tapi gak mungkin juga lah. Saya jelas bisa membedakan rasa asin, manis, pahit maupun asam. Dan jika sobat meragukan kejujuran saya ketika bereksperimen sobat bisa melakukannya sendiri :p (ingat, salah satu scientific behavior ---> honesty)
Dan... Tinggal hipotesis 1. What, hipotesis 1 masak sih... Gak mungkin lah...
. . . . . . . . .
Tunggu... saya jadi teringat salah satu qoute dari detektif fiktif yang
cukup terkenal Sherlock holmes
When you have eliminated the impossible, whatever remains, however improbable, must be the truth.
Dan akhirnya saya melakukan riset mendalam
di google dan ketemulah. Tidak ada yang salah dengan lidah saya, dan saya yakin semua orang setuju dengan saya. Inilah fakta yang cukup menarik
Asal-usul teori
Pada tahun 1901, ilmuwan Jerman yang bernama Hanig menerbitkan tesis PhD dalam bidang filsafat. Dalam tesisnya Hanig menunjukkan diagram yang menggambarkan kesimpulan dari hasil penelitiannya terhadap persebaran sensitivitas pengecap lidah. Diagram yang ditunjukkan Hanig menunjukkan sensitivitas rasa manis pada ujung lidah, sensivitas rasa asin berada pada samping depan, sensivitas rasa asam pada samping belakang, dan sensivitas rasa pahit berada di pangkal lidah.
Pada tahun 1942 ada seorang peneliti yang bernama Edwin Boring membahas data yang yang dikemukakan Hanig dalam bukunya Sensation and Perception in the History of Experimental Psychology . Boring menunjukkan argumen yang menguatkan penemuan Hanig, bahwa sensivitas lidah berbeda – beda pada tiap bagian.
Boring mengambil data Hanig dan menyimpulkan tingkat sensitivitas lidah dengan memberikan angka. Lalu angka – angka ini dipilah – pilah dalam sebuah grafik yang mana menjadi pedoman bagi ilmuwan lain bahwa sensivitas rasa yang spesifik hampir tidak ada, sensivitas rasa berkumpul pada area tertentu lidah dan terpisah dari sensivitas rasa yang lain.
Dari sinilah, peta rasa lidah tercipta dan akhirnya dikenalkan pada siswa sekolah melalui buku pelajaran. Semenjak peta rasa lidah diajarkan dan menjadi teori yang dikenal masyarakat, orang – orang percaya bahwa manis, asin, asam dan pahit hanya terasa pada bagian tertentu lidah.
Tapi...
Pada tahun 1974 ada seorang peneliti yang bernama Virginia Collings menerbitkan buku Perception and Psychophysics, re-examined the differences in taste perception across the tongue. Dia menemukan bahwa ada variasi rasa pada bagian lidah tertentu ketika merasakan manis, asam dan asin, tetapi ia juga menyimpulkan bahwa variasi tersebut sangat kecil dan tidak signifikan.
Seluruh bagian lidah dapat mengecap seluruh rasa baik asam, asin, manis, pahit, maupun umami (gurih, berasal dari lemak). Namun memang ada perbeadaan sensitivitas antara masing-masing sisi lidah tapi perbedaan ini sangat tipiiis sekali dan tidak terlalu signifkan. Penelitian terbaru (2014) menunjukkan bahwa lidah memiliki 8000 sensor yang tersebar merata dan dapat mengecap semua rasa, tidak per bagian (bisa dilihat
disini)
Anehnya...
Why??? Sampai sekarang materi ini masih disampaikan. Bukan hanya di Indonesia bahkan materi ini diajarkan di Amerika. Bayangkan kita mempelajari materi yang jelas salah, kita harus menghafalnya dan bisa menjawabnya di soal. Sungguh belajar tentang materi yang salah hanya bagaikan menghasilkan angin dengan tangan, Sudah usaha keras, tapi nyatanya gak dapet apa-apa
Tapi kenapa pemerintah Indonesia tidak menghapus saja materi ini??? Sungguh aneh, padahal di pusat sana banyak manusia-manusia cerdas, tapi kenapa nggak ada yang merevisi. Ilmu pengetahuan itu dinamis, hipotesis terdahulu dapat dipatahkan dengan percobaan terbaru. Dan jelas-jelas tentang peta lidah ini sudah dipatahkan dengan penelitian bahkan sejak 40 tahun yang lalu, tapi kenapa pelajaran sekolah gak direvisi???
Mari kita gunakan prinsip praduga tidak bersalah. Ada kemungkinan pemerintah sengaja membiarkan kesalahan ini. Mereka berharap bahwa pelajar Indonesia kritis dan berani mengungkapkan pendapat mereka. Bahkan dengan metode sehalus ini. Sifat kritis inilah yang akan menghasilkan ilmuwan-ilmuwan hebat Indonesia. Maka dari itu kita sebagai pelajar haruslah kritis, mulai dari hal sederhana. Insya Allah nantinya kita akan menjadi generasi cendekiawan islam yang mau berusaha mengembalikan kejayaan islam seperti yang terjadi 12 abad yang lalu.
Sekian sobat...
Semoga bermanfaat...
Selama ini yang gue rasain di lidah gue cuman 4 ; Manis, Asam, Asin, dan Pahit. Belum gue coba sih untuk meneliti apakah ada rasa lain -_-. Nice hipotesis :3
ReplyDeleteWah, jangan lupa rasa gurih (umami) gan... Pernah makan daging??? Hayoo rasanya apa???
DeleteAda dua hal yang seharusnya direvisi di buku-buku pelajaran sekolah tentang peta lidah, yang pertama, tentang peta lidah yang ternyata salah, karena seluruh lidah punya sensor merata yang mengecap semua rasa sama rata juga. Dan yang kedua, lidah bisa mengecap lima rasa, manis, asam, asin, pahit, dan yang kelima, tidak diajarkan di sekolah, setauku, adalah rasa gurih alias umami, kalau yang kutau sih tepatnya rasa lemak :)
ReplyDeleteYa, ayo kita berusaha untuk menjadi cendekiawan muslim dan angkat martabat islam di dunia pengetahuan :D
Bener banget, dua point penting itu dapat menyesatkan. Coba dibayangkan kita mempelajari sesuatu yang tidak real, tentunya ilmu itu malah jadi sampah
DeleteSip... Setuju, mari kita jadi cendekiawan muslim dan kembalikan kejayaan islam satu abad yang lalu
Wah... Salah
Deletesatu abad ---> sepuluh abad
Ini selalu jadi bahan pikiran sendiri, sejak dulu selalu menolak teori peta lidah, gak masuk akal aja gitu -_-
ReplyDeleteHehehe... Ternyata ada yang sepemikiran . Makasih sudah berkunjung...
DeleteBro mau nanya ni
ReplyDeleteKenapa dlam lidah bisa banyak meraskan asin manis pahit asam mulai ujung pangkal
savage. Saya suka 👌👌👌👌👍👍👍👍👍
ReplyDeleteJadi gini..
ReplyDeleteLidah itu memang bisa merasakan semua rasa. Tapi ada bagian yang lebih peka terhadap rasa tertentu.
Itu sih meurut aku